Pesan Pembuka

Selamat Datang Kaum Intelektual Sang Pemerhati Ekonomi

Kamis, 09 Desember 2010

Hukum Say's Dalam Ekonomi

Pemikiran Jean Baptiste Say

Jean Baptiste Say berasal dari Prancis. Seperti halnya David Ricardo, dia juga berasal dari kalangan pengusaha, bukan dari kalanngan akademis. Ketertarikannya dengan perkembangan teori-teori juga berlangsung pada waktu ia memasuki masa senja, mendekati usia 50 tahun. Ia sangat memuja pemikiran Adam Smith.

Sebagai pendukung yang loyal, ia sangat berjasa dalam menyusun kodifikasi terhadap pemikiran-pemikiran Adam Smith secara sistematis. Hasil kerjanya di rangkum dalam bukunya “traite d’Economie Politique” (1903). Apa yang dilakukan oleh Batiste saay ini sangat mebnatu dalam memahami pemikiran-pemikiran adam smith dalam bukunya “the wealth of nations”, yang bahasanya relatif sulit di cerna oleh orang awan.

Kepercayaan terhadap kemampuan mekanisme pasar semakin menguat ketika seorang ekonom Prancis ini, (1767-1832) mematangkan pemikiran Adam Smith yang melontarkan pendapat yang sekarang di kenal sebagai hukum Say (say’s law), ...” supply creates it’s own demand...” dalam bukunya. Maksud dari perenyataan tersebut adalah bahwa barang dan jasa yang di produksi pasti terserap oleh permintaan sampai tercapai keseimbangan pasar.

Kaum Klasik berpendapat bahwa dalam perekonomian tidak akan timbul masalah kekurangan permintaan agregat, semua barang yang di hasilkan oleh perekonomian pasti akan di beli oleh masyarakat. Substansi hukum Say adalah memperkuat keyakinan bahwa pasar mampu menjadi alat alokasi sumber daya yang efisien lewat proses pertukaran (exchange economics).

Keyakinan terhadap keampuhan mekanisme pasar boleh dikatakan mencapai puncaknya ketika Leon Walras (1834-1910) berhasil menyusun model ekonomi keseimbangan pasar simultan, yang menjadi dasar analisis model keseimbangan umum (general equilibrium model). Model Walras adalah penerjemah secara matematis terhadap keyakinan Adam Smith, Say dan ekonom-ekonom yang lain tentang keampuhan mekanisme pasar.

Kontribusi Say yang paling besar terhadap aliran Klasik ialah pandanganya yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Hukum Say ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Setiap ada produksi, akan ada pendapatan yang besarnya persis sama denagn nilai produksi tadi. Dengan demikian, dalam keadaan seimbang, produksi cenderung menciptakannya sendiri akan produksi barang yang bersangkutan.

Dengan dasar asumsi seperti ini, ia menganggap bahwa peningkatan produksi akan selalu di iringi dengan adanya peningkatan pada pendapatan, yang akhirnya akan di berpengaruh pula pada peningkatan permintaan. Jadi, dalam perekenomian yang menganut pasar persaingan sempurna tidak akan pernah terjadi kelebihan penawaran (excess supply). Kalaupun terjadi demikian, sifatnya hanya sementara.

Pasar lewat “tangan tak kentara” atau invisible hand, sebagaimana yang di kemukakan oleh Adam smith dalam buknya “The Wealth of Nations” akan mengatur dirinya kembali ke arah keseimbangan. Misalnya, kalau penawaran terlalu besar di banding permintaan, stok barang akan naik, dan harga-harga di pasar akan turun. Turunnya harga ini, menyebabkan produsen tidak mau melakukan produksi barang, sehingga jumlah barang yang di tawarkan kembali sama dengan jumlah barang yang diminta.

Pendapat Say bahwa “produksi akan selalu menciptakan permintaannya sendiri” menjadi pedoman dasar dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi selama kurung waktu seratus tahun. Pada perkembangannya, kebijaksanaan-kebijasaannya itu kemudian di krtik sangat keras sebagai pangkal tolak terjadinya depresi besar-besaran tahun 1930. Hal ini telah di bahas dan di telaah oleh pemikiran-pemikiran Keyness pada pemikiran ekonomi selanjutnya.

Selain terkenal dengan hukum supply it’s own demand di atas, Say sebetulnya dapat di katakan sebagai orang pertama yang berbicara tentang enterpreneur. Begitu juga ia adalah oarang pertama yang berjasa mengklasifikasikan faktor-faktor produksi atas tiga bagian, yaitu: tanah, labor dan kapital (land, labor, and capital). Namun teori-teorinya tersebut kalah tenar di bandingkan hukum Say. Teori ini paling sering di kritik oleh Keynes sebagai pangkal sebab terjadinya depresi besar-besaran tahun 1930-an kemudian.

Para ekonom yang percaya terhadap keampuhan mekanisme pasar dikelompokkan sebagai ekonomi Klasik (Economy Classic). Sedangkan teori-teori ekonominya dikenal sebagai Teori Ekonomi Klasik (Classical Economics Theory). Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah mengapa para ekonom Klasik begitu yakin akan keampuhan mekanisme pasar? Jawabannya terletak pada asumsi-asumsi yang melatar belakangi model mekanisme pasar tersebut.

Ketika membahas teori ekonomi mikro, beberapa asumsi pokok mekanisme pasar telah di bahas. Asumsi-asumsi tersebut adalah strukur pasar merupakan persaingan sempurna, informasi sempurna dan simetris, input dan output adalah homogen, para pelaku ekonomi bersifat rasional dan bertujuan memaksimunkan kegunaan dan keuntungan. Untuk lebih memperdalam pengertian Teori Ekonomi Klasik (Teori Klasik), ada dua asumsi penting yang harus di tambahkan.

Asumsi pertama adalah proses penyesuaian lewat mekanisme pasar dapat tercapai seketika itu juga. Kita dapat mengabaikan kendala waktu dan tempat dalam menganalisis proses pertukaran antar para pelaku ekonomi. Artinya, dalam proses pertukaran, individu-individu yang terlibat tidak terbatasi oleh waktu dan tempat (timeless and placeless). Dengan demikian pasar adalah institusi yang tidak terbatasi oleh waktu dan tempat.

Asumsi kedua adalah fungsi uang semata-mata sebagai alat transaksi (medium of exchange). Tidak ada penggunaan uang untuk tujuan spekulasi. Karenanya, uang tidak dapat mempengaruhi jumlah output yang di produksi para pelaku ekonomi. Yang dapat dipengaruhi oleh uang hanyalah tingkat harga. Bila jumlah uang beredar bertambah, harga barang dan jasa naik. Begitu juga sebaliknya.

Asumsi kedua tersebut di atas di kenal sebagai asumsi netralitas uang (money neutrality) yang mempunyai konsekuensi harga bersifat fleksibel, dapat berubah seketika itu juga (price flexibility). Asumsi tersebut juga di kenal sebagai pemisahan antara sektor moneter dengan sektor riil oleh Teori Klasik (Classicaldichotomy).

Asumsi-asumsi Klasik mempunyai konsekuensi bahwa proses pertukaran adalah satu-satunya cara untuk saling berinteraksi. Akibatnya fokus pembahasan Klasik adalah analisis perilaku individu (produsen dan konsumen) dalam rangka mencapai keseimbangan. Sebab jika setiap individu dalam perekonomian telah mencapai keseimbangan, maka perekonomian secara total mencapai keseimbangan.

Itulah sebabnya teori Klasik identik dengan teori ekonomi mikro. Karena permintaan relatif tidak terbatas berdasarkan hukum Say, maka masalah sentral perekonomian adalah penawaran, baik penawaran input maupun output. Karena itulah juga ilmu ekonomi Klasik di kenal sebagai ilmu ekonomi yang sangat menekankan pada sisi penawaran (supply side economics).

Say menganalisis hipotetis "equillibrium" yaitu: kondisi di mana produksi sama dengan konsumsi, yaitu upah harga sama. Kuantitas uang menengahi pertukaran antara upah dan harga. Ada juga sebuah kesetaraan antara pekerja dan produksi, karena jumlah produksi berasal dari jumlah tenaga kerja. Karakteristik deflasi akhir Abad 19 Amerika. Juga, perhatikan bahwa untuk peningkatan produksi datang dari kuantitas yang sama tenaga kerja, produktivitas harus meningkat, yaitu menghasilkan tenaga kerja lebih banyak barang untuk usaha yang sama.

Nilai riil uang (dan nilai riil upah) dengan demikian meningkat, karena uang mencakup lebih banyak transaksi. Segala sesuatu yang lain hanyalah sebuah variasi dari ini, terutama karena variasi independen dalam jumlah uang beredar. Orang pertama yang berpendapat bahwa uang itu netral dalam efeknya pada perekonomian. Uang tidak dikehendaki demi dirinya sendiri, tetapi karena apa yang bisa membeli. Peningkatan jumlah uang yang beredar akan meningkatkan harga barang-barang lain dalam bentuk uang (menyebabkan inflasi), tapi tidak akan mengubah harga relatif barang atau kuantitas yang dihasilkan. Ide ini kemudian dikembangkan oleh para ekonom ke teori Kuantitas uang.

Hukum alam mendukung perilaku ekonomi sehingga teratur, dapat diprediksi, dan universal. Dia menekankan peran akal dalam analisis ekonomi, penciptaan kekayaan, dan menghasilkan keuntungan. Melihat ekonomi sebagai suatu disiplin yang mampu mencapai kebenaran universal, metode ekonomi-nya adalah bahwa seorang esensialis dan seorang realis.

Dia tidak menyukai teori menara gading, tapi buta juga skeptis empirisisme dan akumulasi statistik matematika dan fakta-fakta tanpa teori yang berkaitan mereka. Dia menekankan pengamatan fakta-fakta realitas pada saat yang sama ia dipecat rasionalisme. Untuk melakukan hal ini ia diturunkan hukum-hukum ekonomi oleh induksi. Dia percaya bahwa ekonomi harus dimulai dengan alasan dan pengalaman pribadi manusia dari pada dengan abstrak matematika dan analisis statistik. Setelah hukum dan teori-teori itu dirumuskan, ia percaya. Dia kemudian mengujinya dengan pengamatan dan fakta. Kemudian menyampaikan gagasan ekonomi yang tepat dan sederhana dengan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti.

Menciptakan istilah "pengusaha" dan menekankan peran vital dan kreatif dari pengusaha dalam perekonomian sebagai peramal, proyek juru taksir, dan pengambil risiko. Dia melihat bahwa pengusaha yang efektif harus memiliki kualitas moral penghakiman dan ketekunan, dan juga memiliki pengetahuan tentang dunia. Dia menyadari bahwa kekayaan pada dasarnya dan awalnya metafisik dan hasil kreativitas, ide, imajinasi, dan inovasi. Dengan demikian ia meletakkan peran pengusaha di pusat teori ekonomi.

Dia memahami bahwa kemajuan ekonomi memerlukan pengusaha dan akumulasi modal. Menolak teori nilai kerja yang diselenggarakan oleh Adam Smith dan ekonom klasik lainnya, dia menyatakan bahwa nilai dasar adalah utilitas, yaitu kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi beberapa keinginan manusia. Ia memelihara subjektif teori utilitas nilai dari pada teori nilai kerja. Dia mengerti bahwa itu adalah cara dan sejauh mana pelanggan potensial nilai barang atau jasa yang menentukan nilai dan apakah atau tidak diproduksi.

Dia mengakui bahwa harga-harga barang dan jasa mencerminkan utilitas mereka kepada pembeli dan bahwa harga faktor produksi yang diperhitungkan dari harga barang-barang yang diproduksi. Ia membedakan antara nilai pakai dan nilai tukar, tapi seperti Aristoteles keliru menyimpulkan bahwa semua transaksi pertukaran harus melibatkan pertukaran nilai sama. Dengan demikian pemikiran ekonomi dari Austria, seperti Carl Menger, yang mengakui pentingnya positive-sum transaksi melalui yang baik pembeli dan penjual mendapatkan utilitas. Selain itu, dia orang yang cerdas, tapi agak pendek menemukan teori utilitas marjinal.

Dia melihat bahwa produksi adalah sumber atau penyebab konsumsi, pasokan atas permintaan yang ditempatkan dalam hierarki ekonomi. Sebuah kemampuan seseorang untuk permintaan barang dan jasa dari orang lain hasil dari pendapatan yang dihasilkan oleh tindakan sendiri produksi. Tingkat produksi Nya menentukan kemampuannya untuk permintaan. Produk menuntut memerlukan agar mempunyai uang yang pada gilirannya, memerlukan tindakan sebelumnya pasokan.

Produksi barang menyebabkan pendapatan yang harus dibayar kepada mereka yang memproduksi. Dengan kata lain, seseorang menjual jasa tenaga kerja atau aset untuk uang yang kemudian digunakan untuk permintaan produk. Pada akhirnya, ketika pertukaran telah dilakukan, akan ditemukan bahwa seseorang telah membayar untuk barang dan jasa dengan barang dan jasa lainnya. Permintaan untuk setiap komoditi adalah fungsi dari pasokan komoditas lain. Kebutuhan untuk menawarkan baik untuk permintaan baik lainnya jelas dalam perekonomian barter, tetapi juga berlaku dalam pertukaran uang atau tidak langsung pada perekonomian.

Kekayaan diciptakan oleh produksi dan bukan oleh konsumsi. Konsumsi benar-benar akan menggunakan utilitas atau kekayaan. Permintaan (yaitu, konsumsi) mengikuti dari produksi kekayaan. Orang menciptakan permintaan dari kekayaan produksi mereka diciptakan. Apa tuntutan seseorang didasarkan atas apa yang dia suply. Demikian diakui bahwa semua manusia baik produsen dan konsumen dan bahwa jika seseorang ingin mendapatkan yang baik, ia harus memberikan sesuatu sebagai balasan yang diinginkan yang lain.

Uang adalah sarana yang diperlukan untuk memperoleh barang-barang yang satu keinginan. Namun, dalam rangka untuk mendapatkan uang, seseorang harus terlebih dahulu memproduksi suatu barang atau jasa yang akan ditukar dengan uang. Tidak seorang pun dapat secara sah menuntut sesuatu sebelum pertama menyediakan produk atau layanan yang bernilai kepada orang lain. Itu adalah mungkin untuk memiliki surplus atau kekurangan komoditas tertentu. Produksi dapat menjadi salah arah dan terlalu banyak dari beberapa produk dapat diproduksi yang ada tidak mencukupi permintaan.

Dia mengatakan bahwa produksi gluts tidak terjadi melalui produksi berlebih umum, tetapi melalui kelebihan produksi barang-barang tertentu dalam proporsi kepada orang lain yang underproduced. Ia mengakui bahwa ada dapat jangka pendek gluts komoditi tertentu. Pasar, kiri ke perangkat sendiri, izin ketidakseimbangan seperti itu harus diperbaiki melalui penyesuaian harga dan biaya.

Setiap ketidakseimbangan dalam perekonomian ada hanya karena proporsi internal output berbeda dari proporsi disukai oleh konsumen, bukan karena produksi yang berlebihan dalam agregat. Maka Hukum Katakanlah sekali tidak berarti bahwa semua produk pada akhirnya akan menuntut di pasar. Pasokan yang baik tidak menjamin akan menjadi permintaan efektif oleh produsen yang baik untuk barang-barang lain.

Jika persediaan tidak menjual, harga akan dipotong sampai, dan jika, memang. Karena itu, harga yang lebih rendah dari beberapa barang berarti bahwa orang memiliki lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa lainnya. Melalui sistem harga penawaran dan permintaan pasar menyesuaikan dan jelas apakah sistem pasar dibiarkan bebas untuk melakukan fungsi keseimbangan dan proporsi.

Ini adalah melalui perubahan harga yang saat ini pasokan dijatah antara yang meminta hari ini. Harga membawa proporsi yang tepat dan harga berkomunikasi sinyal informasi untuk masa depan keputusan alokasi dan pasokan. Penghematan adalah Orang tidak menghabiskan semua kekayaan yang produksi mereka diciptakan. Permintaan terhadap barang dan jasa saat ini gagal untuk mencocokkan nilai dari apa yang telah diproduksi sebagai orang memilih untuk memegang beberapa di antaranya dalam bentuk moneter.

Menurut Say, tabungan yang bermanfaat dan lebih baik daripada konsumsi karena digunakan dalam produksi barang modal atau produksi tambahan. Sebaliknya, konsumsi tidak memberikan rangsangan untuk kekayaan. Ketika konsumsi melebihi produksi, perbedaan adalah tabungan yang pergi ke arah barang-barang investasi produksi dan investasi merupakan dasar untuk pertumbuhan di masa depan. Seperti proses reinvestment didorong oleh pengusaha. Jika uang disimpan dalam bentuk uang yang diciptakan bank seperti rekening giro, yang diadakan kembali daya konsumsi akan ditransfer ke peminjam dari bank yang menciptakannya.

Dengan kata lain, kekuatan untuk mengkonsumsi dialihkan kepada peminjam. Tidak akan ada kekurangan dalam permintaan agregat selama sistem perbankan bebas untuk melaksanakan proses transformasi deposan tabungan ke peminjam 'pengeluaran. Selama tabungan diinvestasikan kembali dalam produktif menggunakan secara agregat ada perlu ada penurunan pendapatan, produksi, atau konsumsi. Katakanlah berpendapat bahwa penghematan mencari keuntungan dengan cepat masuk ke dalam investasi untuk produksi.

Tabungan lebih tinggi membawa tingkat lebih tinggi dari pertumbuhan berikutnya output agregat. Hal ini terjadi karena orang lain meminjam uang yang akan menghasilkan jumlah yang lebih besar barang. Maka, orang perlu insentif untuk bekerja, menabung, investasi, dan pengambilan risiko. Ia mengatakan bahwa wawasan adalah bahwa pendapatan selalu benar-benar dihabiskan untuk komoditas memuaskan keinginan saat ini (yaitu, konsumsi) atau pada masa depan komoditas memuaskan keinginan (yakni, akumulasi tabungan) dan tabungan sangat penting jika ekonomi tumbuh. Permintaan demikian berasal dari penawaran kapan pun Anda membutuhkannya.

Orang-orang menabung untuk memperluas produksi atau hidup pada saat tabungan mereka dan saat mereka membutuhkannya. Tabungan membeli waktu bagi orang untuk melakukan lebih dari sekadar bekerja. Bisa dikatakan bahwa konsumsi adalah penyebab akhir produksi dan bahwa tabungan adalah penyebab efisien produksi. Ia mengajarkan bahwa pendapatan tidak ditujukan untuk konsumsi akan dibelanjakan untuk investasi dan bahwa pasar akan secara otomatis dan cukup cepat kembali ke arah equilibrium.

Say berpendapat bahwa uang adalah mekanisme yang netral penawaran agregat berubah menjadi permintaan agregat. Dia memandang uang sebagai perantara baik atau saluran yang memungkinkan orang untuk membeli. Dia menggambarkan evolusi spontan suatu komoditi menjadi uang. Dalam sistem, uang berfungsi terutama sebagai alat tukar dan tidak secara eksplisit diidentifikasi sebagai penyimpan kekayaan. Mencela manipulasi uang negara melalui kehinaan dari nilai mata uang.

Dia mengamati bahwa manipulasi semacam nilai-nilai moneter mengacaukan sistem harga. Dia memandang inflasi sebagai fenomena moneter bukan hasil dari kerja yang berlebihan dan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga dipandang sebagai harga kredit. Dia mengerti yang ditentukan oleh pasar bahwa tingkat suku bunga menjalankan fungsi dari harga kliring pasar uang. Namun, ia tidak secara eksplisit mengakui atau membahas hubungan antara tingkat suku bunga dan waktu preferensi seperti halnya para pemikir Austria yang kemudian.

Hukum Say, tengara pada pencapaian integrasi dalam ilmu ekonomi, merupakan fondasi penting bagi realitas berbasis teori makroekonomi. Hal ini mencerminkan keterkaitan, realitas, dan harmoni perilaku ekonomi manusia dalam suatu ekonomi pasar bebas. Memproduksi membutuhkan rasionalitas dan kepentingan pribadi. Adalah tidak rasional dan bertentangan dengan sifat manusia tidak untuk memproduksi atau untuk menghasilkan kurang dari satu kebutuhan untuk memproduksi.

Produksi adalah penting dan utama bagi keberadaan manusia. Dengan demikian mengakui fakta bahwa produksi yang membuka permintaan produk. Dia melihat bahwa uang bukanlah penyebab kemakmuran tetapi adalah efeknya. Melalui Francisco wataknya d'Anconia yang berkata: "Uang hanya dimungkinkan oleh orang-orang yang memproduksi. Ketika Anda menerima uang pembayaran untuk usaha Anda, Anda lakukan sehingga hanya pada keyakinan bahwa Anda akan menukarnya dengan produk dari usaha orang lain. "Katakanlah Hukum adalah implisit seluruh uang bicara”.

Penuh kekuatan penjelas dari Hukum Pasar adalah bahwa, karena integrasi semua pasar individu ke dalam satu sistem berfungsi, itu harus menjadi kenyataan bahwa pemerintah tidak perlu khawatir dengan merangsang permintaan artifisial. Ada satu harmonis diri memperbaiki sistem. Sistem seperti ini mengarah kepada stabilitas, keadilan, perdamaian, dan kemakmuran. Hal ini tidak mengherankan bahwa banyak menganggap Hukum ini menjadi luas, paling kuat, dan integrasi konseptual yang paling mendasar dalam disiplin ilmu ekonomi.

Minggu, 21 November 2010

ilmu ekonomi

Pemikiran Ekonomi Zaman Yunani Kuno

Jauh sebelum ekonomi diakui sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, pemikiran menuju permasalahan ekonomi sebenarnya telah berkembang di masyarakat. Masa ketika ekonomi masih berupa pemikiran-pemikiran dimasukkan dalam masa aliran praklasik. Aliran ini dikelompokkan sebagai berikut.

Sejak zaman Yunani kuno pemikiran tentang uang, bunga, jasa tenaga kerja manusia dari perbudakan dan perdagangan sudah terbentuk. Buktitentang keberadaan itu dapat dilihat dari buku Res Publica yang ditulis oleh Plato sekitar 400 tahun sebelum masehi. Karena Plato yang melahirkan pemikiran awal tentang perekonomian, maka pemikirannya banyak dirujuk oleh pemikir sesudahnya.

Namun pembahasannya tidak hanya ditujukan khusus untuk memecahkan permasalahan ekonomi, tetapi juga berisi pemikiran tentang bentuk suatu masyarakat yang sempurna, atau sebuah utopia. Utopia adalah sistem sosial politik yang sempurna dan hanya ada di khayalan serta sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan.

Sesungguhnya persoalan ekonomi sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri. Tetapi bukti-bukti konkrit paling awal yang bisa ditelusuri ke belakang hanya hingga masa Yunani Kuno. Seperti yang sudah diketahui, kata "ekonomi" sendiri berasal dari penggabungan dua suku kata Yunani: oikos dan nomos, yang berarti pengaturan atau pengelolaan rumah tangga. Istilah tersebut pertama kali digunakan oleh Xenophone, seorang filsuf Yunani.

Pada masa Yunani Kuno sudah ada teori dan pemikiran tentang uang, bunga, jasa tenaga kerja manusia dari perbudakan dan perdagangan. Bukti tentang itu dapat dilihat dari buku Respublika yang ditulis Plato (427-347 SM) sekitar 400 tahun sebelum Masehi.

Karena dia yang melahirkan pemikiran paling awal tentang perekonomian, maka pemikirannya tentang praktek ekonomi banyak dipelajarai orang. Hanya sayang, walau Plato ada membahas masalah-masalah ekonomi, tetapi pembahasan itu tidak dilakukan secara khusus, melainkan sejalan dengan pemikiran tentang bentuk suatu masyarakat sempurna, atau sebuah utopia.

Pada masa Yunani Kuno memang pembahasan tentang ekonomi masih merupakan bagian Filsafat, khususnya filsafat moral. Pemikiran tentang ekonomi pada waktu itu sering dikaitkan dengan rasa keadilan, kelayakan atau kepatutan yang perlu di perhatikan dalam rangka penciptaan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata.

Gagasan Plato tentang ekonomi timbul secara tidak sengaja dari pemikirannya tentang keadilan (justice) dalam sebuah negara ideal (ideal state). Dalam sebuah negara ideal, demikian Plato, kemajuan tergantung pada pembagian kerja (division of labor) yang timbul secara alamiah dalam masyarakat. Orang mempunyai sifat-sifat tertentu dan kecenderungan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Dengan sendirinya pun bidang pekerjaan yang diminati setiap orang juga akan berbeda-beda.

Pandangan diatas, jika di perhatikan mirip dengan pandangan Adam Smith, sebagaimana yang mengemukakan ide teori division of labor memang berasal dari pandangan Plato. Perbedaannya, kalau division of labor oleh Smith dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan output dan pembangunan ekonomi, oleh Plato dimaksudkan untuk pembangunan kualitas manusia.

Lebih lanjut, Plato menjelaskan bahwa ada tiga jenis pekerjaan yang dilakukan oleh manusia yang berbeda-beda pula, yaitu pekerjaan sebagai sebagai pengatur atau penguasa, tentara, dan pekerja. Bagi Plato semua manusia bersaudara. Akan tetapi, Tuhan telah mengatur sedemikian rupa, sehingga ada orang yang cocok sebagai pengatur (yaitu ahli-ahli filsafat), sebagai tentara, dan sebagian lagi sebagai petani, pekerja atau buruh, dan pedagang.

Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut, bagi Plato hanya golongan terendah, yaitu kaum pekerja, yang boleh bekerja untuk mengejar laba dan mengumpulkan harta. Sementara itu, penguasa dan tentara seyogyanya tidak bekerja demi harta, dan dengan sendirinya mereka tidak di perkenangkan memiliki harta benda. Hal itu disebabkan hanya dengan cara seperti itulah mereka dapat betul-betul mengabdikan pada negara.

Pembagian dan pengaturan seperti ini perlu, sebab Plato mengamati bahwa naluri manusia untuk memperoleh barabg-barabg dan jasa sangat besar, jauh melebihi kebutuhan sewajarnya. Besarnya nafsu unutk memperoleh dan menguasai barang-barang dan jasa ini di pandang sebagai rintangan utama menuju suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata.

Oleh sebab itu, nafsu ini perluh untuk di kekang. Suatu hal yang patut dicatat dari masa Yunani Kuno ini adalah bahwa orang sudah mengenal hedonisme, yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal paham materialistik yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18 kemudian. Hedonisme merupakan paham materialisme mekanistik, yang menganggap kenikmatan egoistis sebagai tujuan akhir dari kehidupan manusia.

Paham yang pertama kali digagas oleh Aristippus ini menganggap bahwa kenikmatan adalah tujuan akhir dari kehidupan manusia. Dengan demikian semua tindakan atau aktivitas manusia akan dianggap baik apabila tindakan tersebut mendatangkan kenikmatan. Dinyatakan pula bahwa manusia yang bijaksana adalah manusia yang mencari kenikmatan sebesar-besarnya di dunia ini.

Platolah orang pertama yang mengecam konsep itu. Palto sudah melihat bahwa konsep itu akan mendatangkan gap dalam masyarakat. Ada yang akan hidup berkemewahan, sementara yang lainnya akan sengsara setengah mati.

Plato dapat dikatakan sebagai orang yang pertama yang sangat mengecam kekayaan dan kemewahan. Agar setiap orang bisa hidup sejahtera secara merata, manusia perlu dan berkewajiban mengendalikan hawa nafsu keserakaannya untuk memenuhi semua keinginan yang melebihi kewajarannya. Menurut Palto, kalau nafsu keserakaan ini tidak bisa dikendalikan, sebagian orang (yang cerdik, pintar, dan berkuasa) akan hidup berkemewahan.

Sementara itu, yang lain akan hidup dalam kesengsaraan dan kehinaan. Kekhawatiran Plato ini bukan tidak berdasar sebab pada masa Yunani kuno memang perekonomian dan politik dapat dikuasai oleh kaum bangsawan (disebut juga kaum aristocrat). Walaupun jumlah kaum bangsawan tersebut sedikit, berkat kepintaran dan kehilaian, mereka dapat menguasai dan mengeksploitasi para budak (yaitu kaum proletar) yang jumlahnya banyak.

Teori Plato yang masih relevan dengan keadaan sekarang adalah pendapatnya tentang fungsi uang. Dalam bukunya Politika, Plato menjelaskan bahwa selain sebagai alat tukar, uang juga berfungsi sebagai alat pengukur nilai dan alat untuk menimbun kekayaan. Sesuai dengan keadaan waktu itu, Plato menganggap uang bersifat mandul, tidak dapat, sekaligus tidak layak untuk di kembangkan atau di peranakkan (melalui bunga).

Gagasan Plato tentang ekonomi timbul secara tidak sengaja dari pemikirannya tentang keadilan dalam sebuah negara ideal. Menurut Plato, dalam sebuah negara ideal kemajuan tergantung pada pembagian kerja yang timbul secara alamiah dalam masyarakat.

Karena manusia diciptakan berbeda, meraka juga memiliki sifat dan kecenderungan yang berbeda, dan akhirnya jenis pekerjaan yang diminati juga berbeda. Oleh karena itu, Plato membedakan tiga jenis pekerjaan yang dilakukan oleh manusia yaitu, pekerjaan sebagai pengatur, pekerjaan sebagai tentara, dan pekerjaan sebagai pekerja.

Hal yang dikemukakan Plato adalah tentang keharusan penganekaragaman pekerjaan dalam masyarakat, sehingga mereka tidak perlu membuat segala sesuatu untuk dirinya sendiri karena memang tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Prinsip spesialisasi ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Adam Smith ratusan tahun kemudian.

Pandangan Plato tersebut mungkin bisa di benarkan mengingat pada masanya belum ada pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan besar. Pabrik/perusahaan dapat dimanfaatkan jasa bank; mengumpulkan tabungan dari masyarakat untuk kemudian di jadikan modal atau investasi untuk usaha-usaha yang menguntungkan.

Pada waktu itu, satu-satunya yang bisa dilakukan orang dengan kelebihan (surplus) uang atas kebutuhan sehari-hari adalah menyimpannya di lemari atau dibelanjakan untuk membeli barang-barang mewah atau tahan lama. Hal ini disebabkan memang belum ada jasa lembaga perbankan pada waktu itu.

Plato mempunyai beberapa orang murid, salah satu diantaranya yang sangat terkenal adalah Aristoteles. Pemikiran Aristoteles tentang masalah ekonomi sudah jauh lebih maju dari Plato. Aristoteles adalah orang pertama yang melihat bahwa ekonomi merupakan suatu bidang tersendiri yang pembahasannya harus dipisahkan dari bidang-bidang lainnya. Aristoteles juga merupakan orang pertama yang meletakkan pemikiran dasar tentang teori nilai dan teori harga.

Kontribusi terbesar Aristoteles terhadap ilmu ekonomi adalah pemikirannya tentang pertukaran barang dan kegunaan uang dalam pertukaran barang (exchange of commodities) dan kegunaan uang dalam pertukaran barang tersebut.

Menurut pandangan Aristoteles, kebutuhan manusia (man’s need) tidak terlalu banyak, tetapi keinginannya (man’s desire) relatif tanpa batas. Ia membenarkan dan menganggap alami kegiatan produksi untuk menghasilkan barang-barang guna memenuhi kebutuhan. Akan tetapi, kegiatan produksi untuk memenuhi keinginan manusia yang tanpa batas itu di kecamnya sebagai sesuatu yang tidak alami (unnatural).

Dalam mengamati proses ekonomi, Aristoteles membedakannya atas dua cabang, yaitu kegunaan (use) dan keuntungan (gain). Lebih spesifik, ia membedakan oeconomia dan chrematistike. Oeconomia didefinisikannya sebagai "the art of household management, the administrations of one’s patrimony, the careful husbanding of resources". Sedangkan chrematistike, yang tak ada padanan katanya dalam bahasa Inggris, juga Indonesia, mengimplikasikan penggunaan sumberdaya alam atau ketrampilan manusia untuk tujuan-tujuan yang acquisitive sifatnya. Dalam chrematistike berdagang adalah aktivitas ekonomi yang tidak didorong oleh motif faedah (use), melainkan lab (gain).

Aristoteles setuju dengan economia, tetapi tidak setuju dengan chrematistika. Secara tegas ia menyatakan tidak suka pada pedagang-pedagang yang datang ke kota-kota, mengeksploitasi petani-petani miskin ke desa-desa. Pemikiran Aristoteles ini jelas berbeda dengan konsep ekonomi yang dikembangkan Adam Smith, bahwa motif utama yang mendorong orang untuk bertindak adalah keuntungan (gain), bukan karena kegunaan atau faedah (use).

Pertukaran barang dalam bentuk barter bertujuan untuk memenuhi kebutuhan alami, sebab tidak ada laba ekonomi yang diperoleh dari pertukaran barang dengan barang. Hal ini dianggap wajar oleh Aristoteles. Akan tetapi, pertukaran yang menggunakan uang untuk memperoleh laba di kecamnya. Dalam kehidupan manusia masa sekarang tentu pandangan Aristoteles ini dianggap sangat usang dan tidak produktif, sebab tidak melihat dampak positif dari perdagangan.

Selain Plato dan Aristoteles, pemikir masa Yunani Kuno yang harus disimak pendapatnya adalah Xenophon (440 – 355 SM). Sebagaimana sudah disinggung sebelumnya, kata-kata ekonomi (dari oikos dan nomos) adalah "ciptaan" Xenophon. Karya utamanya adalah "On the Means of Improving the Revenue of the State of Athens".

Dalam bukunya tersebut, Xenopon menguraikan bahwa Negara Athena yang mempunyai beberapa kelebihan yang dapat di manfaatkan untuk meningkatkan pendapatn negara. Athena adalah kota pusat perdagangan yang memiliki iklim sangat nyaman. Tanahnya subur dan mengandung deposit emas dan perak dalam jumlah banyak. Kota ini juga memiliki pelabuhan laut yang alami, dikelilingi oleh lautan yang kaya dengan berbagai jenis ikan. Dengan berbagai kelebihan tersebut Xenopon melihat bahwa Athena sangat potensial untuk menarik para pedagang dan pengunjung dari daerah lain.

Para pengunjung yang datang, demikian kata Xenopon yang punya naluri bisnis kepariwisataan ini, harus melayani dengan baik. Pelanggang yang di perlakukan dengan baik, sebab meereka datang ke Athena dengan membayar pajak, membawa kemakmuran bagi masyarakat Athena. Makin baik pelayanan, makin banyak oaring datang berdagang dan berkunjung. Dengan demikian, makin besar pula pendapatan negara dan masyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa spirit merkantilisme sudah ada pada masa Yunani Kuno, yang menganjurkan orang melakukan perdagangan dengan negara-negara lain. Juga spirit kepariwisataan, yang menganjurkan masyarakat melayani para pengunjung yang datang berdamawisata dilayani sebaik-baiknya., sebab yang datang akan membawa kemakmuran bagi masyarakat daerah yang dikunjungi.

Mereka yang kurang maju harus disalurkan untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sedangkan orang-orang yang maju harus terus melanjutkan dan menerima gemblengan latihan. Sejarah mencatat, bangsa Yunani kuno yang mempunyai peradaban tinggi, melarang keras peminjaman uang dengan bunga. Aristoteles dalam karyanya Politics telah mengecam sistem bunga yang berkembang pada masa Yunani kuno.

Dengan mengandalkan pemikiran rasional filosofis, tanpa bimbingan wahyu, ia menilai bahwa bunga merupkan sistem yang tidak adil. Menurutnya, uang bukan seperti ayam yang bisa bertelur. Sekeping mata uang tidak bisa beranak kepingan mata uang lainnya.

Selanjutnya ia mengatakan bahwa meminjamkan uang dengan bunga adalah sesuatu yang rendah derajatnya. Sementara itu, Plato dalam bukunya “ Laws”, juga mengutuk bunga dan memandangnya sebagai praktek yang zholim. Dua filosofi Yunani yang paling terkemuka itu dipandang cukup representatif untuk mewakili pandangan filosofi Yunani tentang bunga.

Pemikir lain pada zaman Yunani kuno adalah Xenophon, yang juga pencipta kata ekonomi yang diambil dari kata Oikos yang artinya rumah tangga, dan Nomos yang artinya aturan, kaidah, atau pengelolaan. Secara sederhana ekonomi berarti cara pengelolaan suatu rumah tangga.

Dalam bukunya yang terkenal, On The Means of Improving The Revenue of The State of Athens”, Xenophon menyatakan bahwa kota Athena memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan negara melalui:

a. potensi alam yang dimiliki dan pelabuhan laut alami yang dapat menarik pedagang dan pengunjung ke kota tersebut.

b. Pelayanan yang baik kepada pedagang dan pengunjung tersebut, karena mereka akan membayar pajak serta membawa kemakmuran bagi penduduk kota Athena. Semakin banyak yang datang untuk berdagang dan berkunjung, semakin tinggi pendapatan yang banyak pula.

Sejarah mencatat, bangsa Yunani kuno yang mempunyai peradaban tinggi, melarang keras peminjaman uang dengan bunga. Aristoteles dalam karyanya Politics telah mengecam sistem bunga yang berkembang pada masa Yunani kuno. Dengan mengandalkan pemikiran rasional filosofis, tanpa bimbingan wahyu, ia menilai bahwa bunga merupkan sistem yang tidak adil.

Menurutnya, uang bukan seperti ayam yang bisa bertelur. Sekeping mata uang tidak bisa beranak kepingan mata uang lainnya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa meminjamkan uang dengan bunga adalah sesuatu yang rendah derajatnya. Sementara itu, Plato dalam bukunya “ Laws”, juga mengutuk bunga dan memandangnya sebagai praktek yang zholim. Dua filosofi Yunani yang paling terkemuka itu dipandang cukup representatif untuk mewakili pandangan filosofi Yunani tentang bunga.